BERITA INFO INHIL - Kebijakan ekonomi terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinilai salah langkah. Trump mungkin menghitung bahwa sikap yang ekstrem pada imigrasi dan perdagangan dapat menguntungkan AS pada bulan November.
Namun hal ini justru dapat menjadi bumerang dengan mempersulit perekonomian pulih dari resesi bersejarah ini.
Seperti diketahui Trump tiba-tiba memulai pertarungan dagang dengan dua mitra dagang terbesarnya, Eropa dan Kanada. Trump mengancam akan menaikkan tarif barang-barang dari Eropa seperti cokelat, mentega dan bir yang dibuat dengan malt.
Trump juga dilaporkan mendorong penerapan kembali tarif impor aluminium dari Kanada. Sementara itu, Trump minggu ini juga memperpanjang pembatasan imigrasi, yang dinilai mempersulit bisnis menemukan pekerja asing terampil dari luar AS.
"Ini akan menjadi kesalahan kebijakan yang signifikan yang akan berisiko pada pemulihan yang baru lahir," kata ketua ekonom di RSM Internasional Joe Brusuelas, dikutip dari CNN, Kamis (25/6/2020).
Ancaman tarif yang diberikan Trump ke Eropa disebabkan oleh ketegangan yang terjadi atas subsidi Eropa kepada Airbus. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) juga sudah memutuskan pada 2018 bahwa Uni Eropa membantu Airbus dengan subsidi yang tidak adil, dan merugikan penjualan Airbus.
Trump mengisyaratkan pihaknya berencana untuk membalas hal itu dengan menampar tarif US$ 3,1 miliar pada barang dari Eropa, termasuk zaitun, coklat, gin dan yogurt. Tetapi tarif ini dinilai hanya akan menambah ketidakpastian besar dalam ekonomi dunia saat ini.
Trump juga mendorong Kanada untuk untuk memperlambat ekspor aluminium, apabila tidak Trump akan mengembalikan tarif 10% pada logam. Meskipun tarif dapat membantu pembuat aluminium, mereka akan menambah rasa sakit bagi industri otomotif yang sudah berjuang.
"Membawa kembali tarif ini akan seperti film horor yang buruk," kata wakil presiden senior untuk Kamar Dagang Industri AS Neil Herrington.
Sebelumnya perang perdagangan AS-China sendiri telah menunjukkan bahwa proteksi perdagangan dapat menekan pengeluaran bisnis dan mengurangi kepercayaan pasar. Bahkan, mengacak rantai pasokan.
Belum lagi pukulan yang diberikan pada S&P 500, karena perusahaan seperti Nike (NKE) dan Apple (AAPL) menghasilkan sebagian besar penjualan mereka dari luar negeri. (dtk)
Namun hal ini justru dapat menjadi bumerang dengan mempersulit perekonomian pulih dari resesi bersejarah ini.
Seperti diketahui Trump tiba-tiba memulai pertarungan dagang dengan dua mitra dagang terbesarnya, Eropa dan Kanada. Trump mengancam akan menaikkan tarif barang-barang dari Eropa seperti cokelat, mentega dan bir yang dibuat dengan malt.
Trump juga dilaporkan mendorong penerapan kembali tarif impor aluminium dari Kanada. Sementara itu, Trump minggu ini juga memperpanjang pembatasan imigrasi, yang dinilai mempersulit bisnis menemukan pekerja asing terampil dari luar AS.
"Ini akan menjadi kesalahan kebijakan yang signifikan yang akan berisiko pada pemulihan yang baru lahir," kata ketua ekonom di RSM Internasional Joe Brusuelas, dikutip dari CNN, Kamis (25/6/2020).
Ancaman tarif yang diberikan Trump ke Eropa disebabkan oleh ketegangan yang terjadi atas subsidi Eropa kepada Airbus. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) juga sudah memutuskan pada 2018 bahwa Uni Eropa membantu Airbus dengan subsidi yang tidak adil, dan merugikan penjualan Airbus.
Trump mengisyaratkan pihaknya berencana untuk membalas hal itu dengan menampar tarif US$ 3,1 miliar pada barang dari Eropa, termasuk zaitun, coklat, gin dan yogurt. Tetapi tarif ini dinilai hanya akan menambah ketidakpastian besar dalam ekonomi dunia saat ini.
Trump juga mendorong Kanada untuk untuk memperlambat ekspor aluminium, apabila tidak Trump akan mengembalikan tarif 10% pada logam. Meskipun tarif dapat membantu pembuat aluminium, mereka akan menambah rasa sakit bagi industri otomotif yang sudah berjuang.
"Membawa kembali tarif ini akan seperti film horor yang buruk," kata wakil presiden senior untuk Kamar Dagang Industri AS Neil Herrington.
Sebelumnya perang perdagangan AS-China sendiri telah menunjukkan bahwa proteksi perdagangan dapat menekan pengeluaran bisnis dan mengurangi kepercayaan pasar. Bahkan, mengacak rantai pasokan.
Belum lagi pukulan yang diberikan pada S&P 500, karena perusahaan seperti Nike (NKE) dan Apple (AAPL) menghasilkan sebagian besar penjualan mereka dari luar negeri. (dtk)
Loading...
loading...