BERITA INFO INHIL - Kasus pasien positif Covid-19 yang sudah sembuh dan kembali terinfeksi atau yang disebut juga dengan reinfeksi atau reaktivasi, sudah terjadi di Indonesia.
Terkait hal ini masyarakat tidak perlu panik. Namun diimbau tetap waspada dengan selalu mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
“Penyakit ini memang bisa sembuh dan tidak perlu panik, tetapi diharapkan jangan sampai menyepelekan. Karena penyebaran virus ini sangat cepat. Belum lagi, baru-baru ini kita juga mendengar ada kasus reinfeksi atau reaktivasi, yakni pasien yang sudah dinyatakan sembuh kembali positif,” ujar Jurubicara (Jubir) Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP), Aris Yudhariansyah, di Media Center GTPP Covid-19 Provinsi Sumut, Rabu (6/5).
Ada beberapa kemungkinan penyebab reinfeksi. Pertama, hasil negatif “palsu” dari tes swab yang berasal dari pengambilan spesimen sampel lendir yang kurang cukup. Ataupun hasil positif “palsu” yang berasal dari spesimen yang mengandung virus tidak aktif.
Kemungkinan kedua, virus yang masih tersisa dalam pasien sembuh aktif kembali. Hal ini bisa terjadi karena imunitas tubuh pasien yang masih lemah, sehingga virus bisa memperbanyak diri kembali. Bila ini terjadi, biasanya gejala yang ditimbulkan jauh lebih ringan dan kecil kemungkinan terjadi transmisi orang ke orang.
“Untuk itu, kami tekankan kembali pembatasan aktivitas sosial secara masif masih harus kita lakukan dengan ketat. Bahkan, beberapa negara yang berhasil menghentikan puncak pertambahan kasus seperti Korea dan China, juga masih mengalami kemunculan kasus. Meskipun sudah tidak banyak,” kata Aris, dikutip Kantor Berita RMOLSumut.
Lanjut Aris, reinfeksi juga bisa terjadi karena pasien yang sudah sembuh terpapar virus dengan tipe lain. Berdasarkan penelitian, saat ini diketahui terdapat tiga tipe virus SARS-CoV-2. Ada kemungkinan memori kekebalan tidak akan berjalan pada pasien yang sembuh dari virus pertama, karena sistem imun tidak mampu mengenal tipe virus yang baru.
Sumber: rmol.id
Terkait hal ini masyarakat tidak perlu panik. Namun diimbau tetap waspada dengan selalu mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah.
“Penyakit ini memang bisa sembuh dan tidak perlu panik, tetapi diharapkan jangan sampai menyepelekan. Karena penyebaran virus ini sangat cepat. Belum lagi, baru-baru ini kita juga mendengar ada kasus reinfeksi atau reaktivasi, yakni pasien yang sudah dinyatakan sembuh kembali positif,” ujar Jurubicara (Jubir) Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP), Aris Yudhariansyah, di Media Center GTPP Covid-19 Provinsi Sumut, Rabu (6/5).
Ada beberapa kemungkinan penyebab reinfeksi. Pertama, hasil negatif “palsu” dari tes swab yang berasal dari pengambilan spesimen sampel lendir yang kurang cukup. Ataupun hasil positif “palsu” yang berasal dari spesimen yang mengandung virus tidak aktif.
Kemungkinan kedua, virus yang masih tersisa dalam pasien sembuh aktif kembali. Hal ini bisa terjadi karena imunitas tubuh pasien yang masih lemah, sehingga virus bisa memperbanyak diri kembali. Bila ini terjadi, biasanya gejala yang ditimbulkan jauh lebih ringan dan kecil kemungkinan terjadi transmisi orang ke orang.
“Untuk itu, kami tekankan kembali pembatasan aktivitas sosial secara masif masih harus kita lakukan dengan ketat. Bahkan, beberapa negara yang berhasil menghentikan puncak pertambahan kasus seperti Korea dan China, juga masih mengalami kemunculan kasus. Meskipun sudah tidak banyak,” kata Aris, dikutip Kantor Berita RMOLSumut.
Lanjut Aris, reinfeksi juga bisa terjadi karena pasien yang sudah sembuh terpapar virus dengan tipe lain. Berdasarkan penelitian, saat ini diketahui terdapat tiga tipe virus SARS-CoV-2. Ada kemungkinan memori kekebalan tidak akan berjalan pada pasien yang sembuh dari virus pertama, karena sistem imun tidak mampu mengenal tipe virus yang baru.
Sumber: rmol.id
Loading...
loading...