5 Hal yang Perlu Diketahui Ketika Virus Corona Bermutasi - Pusat Informasi Indragiri Hilir

Senin, 15 Juni 2020

5 Hal yang Perlu Diketahui Ketika Virus Corona Bermutasi

5 Hal yang Perlu Diketahui Ketika Virus Corona Bermutasi

BERITA INFO INHIL - Mutasi virus Corona kini sedang hangat dibahas oleh berbagai ahli dan membuat masyarakat semakin khawatir. Dari berbagai penelitian, ada yang mengatakan bahwa mutasi ini membuat virus lebih berbahaya.

Namun, di sisi lain ada juga yang mengatakan setelah bermutasi virus itu malah menjadi lebih lemah dari sebelumnya. Untuk itu, berikut detikcom rangkum beberapa hal yang perlu diketahui soal mutasi virus Corona dikutip dari The Guardian.

1. Apa virus bermutasi?
Semua virus bisa bermutasi, termasuk virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 yang jumlah kasusnya kian bertambah hingga saat ini. Mutasi ini muncul ketika virus mereplikasi diri di dalam sel, serta menyalin kode genetiknya.

Gen pada manusia ditulis dalam DNA (Deoxyribonucleic acid) dan beruntai ganda, sedangkan virus Corona dengan RNA (Ribonucleic Acid) dan beruntai tunggal.

2. Seberapa cepat virus itu bisa bermutasi?
Saat bermutasi, virus Corona cukup stabil. Setelah menganalisis 13.000 sampel virus di Inggris pertengahan Maret lalu, para ilmuwan menemukan bahwa mutasi baru bisa muncul sekitar dua kali dalam sebulan.

Selain itu, semakin cepat virus bermutasi itu akan mengubah perilakunya dalam menginfeksi. Jika virus bermutasi dengan cepat, bisa jadi akan lebih sulit membuat vaksin untuk melawannya.

Ketika bermutasi, beberapa bagian dari virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh juga bisa jadi sudah berubah, hingga lebih sulit ditangani imun tubuh. Ini disebut mirip dengan virus influenza yang bisa bermutasi dengan cepat, sehingga butuh vaksin yang berbeda tiap tahunnya untuk mengatasinya.

3. Bagaimana bisa jenis virus Corona bervariasi di dunia?
Di dunia, jenis virus Corona bisa bervariasi. Hal ini dibuktikan dari kode genetik di seluruh dunia yang menunjukkan virus terbagi menjadi beberapa kelompok. Tetapi ini dipandang wajah oleh para peneliti.

Seperti halnya peneliti di Jerman, mereka mengidentifikasi tiga kelompok genetik utama virus Corona pada April lalu. Mereka beri nama A, B, dan C. Kelompok A dan C sebagian besar ditemukan di Eropa dan Amerika. Sedangkan B, lebih umum ditemukan di Asia Timur.

4. Mutasi penting untuk diketahui
Dari mutasi, para peneliti bisa mengetahui berbagai peluang yang bisa dilakukan untuk menghambat penyebaran virus Corona. Tapi, mutasi juga bisa berpotensi membuat virus lebih mudah menyebar, lebih efisien, dan berbahaya dalam menginfeksi sel tubuh manusia.

Menurut Profesor Nick Loman, dari University of Birmingham, saat virus bermutasi para peneliti akan mempelajari dan bisa melacak infeksi yang terjadi dari satu orang ke kelompok. Selain itu, bisa juga melacak wabah dan menemukan kasus penularan dari asalnya.

Namun, Prof Loman menegaskan penelitian ini harus dipantau seintensif mungkin. Ini berguna untuk mengetahui bagaimana virus bermutasi dan bereaksi terhadap obat dan vaksin.

5. Penelitian terkait mutasi virus Corona
Di Amerika Serikat, Inggris, dan Italia, para ilmuwan menemukan mutasi baru virus Corona yang hampir 10 kalo lebih menular dibandingkan yang muncul di China. Mutasi ini diberi nama D614G, yang disebut versi kuat dari virus SARS-CoV-2.

Dari bentuknya, D614G punya jumlah mahkota menonjol 4-5 kali lebih dibandingkan COVID-19. Dikutip dari Daily Mail, para peneliti berpendapat bahwa jumlah tonjolan mahkota ini yang membuat virus lebih cepat menginfeksi sel manusia, stabil, dan tangguh.

Selain itu, para ilmuwan di India juga mengidentifikasi adanya jenis mutasi virus Corona yang lebih berbahaya yang diberi nama A2a. Mengutip Daily Star, National Institute of Biomedical Genomics (NIBMG) India menyebut A2a lebih dominan di dunia.

Strain A2a ini disebut jauh lebih berbahaya dibandingkan jenis virus asli dari China yang mereka sebut sebagai tipe O. Seorang ahli genetika senior di NIBMG, Partha Majumder, mengatakan bahwa mutasi A2a lebih efektif dalam menginfeksi manusia dibandingkan jenis mutasi lain.

Virus Corona disebut lebih lemah, Dr Heidi Zapata, seorang dokter penyakit menular dan asisten profesor kedokteran Yale di sekolah kedokteran, mengatakan belum ada bukti mengenai hal itu.

"Saya kira kita belum memiliki bukti mengenai hal ini," katanya yang dikutip dari Healthline.

Simak Video "Pemeriksaan Spesimen Covid-19 di Indonesia Capai Rekor Tertinggi". (dtk)




Loading...
loading...

Berita Lainnya

Berita Terkini

© Copyright 2019 Infoinhil.com | All Right Reserved