Kesehatan Nasional

Kamis, 16 Juli 2020

BPJS Kesehatan Jelaskan Aturan Baru Terkait Subsidi

BERITA INFO INHIL - Pemerintah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menjaga kesinambungan Program JKN-KIS. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala BPJS Kesehatan Kantor Cabang (KC) Kediri Hernina Agustin Arifin pada kegiatan “Ngobrolin JKN-KIS” bersama awak media (15/7). Bertempat di Hotel Bukit Daun Kediri. Lewat paparannya, Hernina menjelaskan bahwa selain membiayai Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), saat ini Pemerintah juga menyubsidi Iuran peserta PBPU&BP (peserta mandiri) yang terdaftar di kelas tiga sebesar Rp 16.500 per orang setiap bulannya.

 “Pemerintah telah memberikan subsidi sehingga tagihan Iuran kelas tiga peserta PBPU&BP aktif pada bulan Juli ini sebesar Rp 25.500 per orang. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan Program JKN-KIS,” jelas Hernina.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020, pada bulan Juli ini Pemerintah kembali menyesuaikan Iuran Program JKN-KIS. Untuk itu, Iuran per bulan peserta PBPU&BP kini menjadi Rp 150.000 per orang untuk kelas 1, Rp 100.000 per orang untuk kelas 2, dan Rp 42.000 per orang untuk kelas 3 (disubsidi Rp 16.500 oleh pemerintah).

Dikutip dari laman resmi BPJS Kesehatan, jumlah peserta PBI yang dibiayai oleh Pemerintah telah mencapai separuh penduduk Indonesia (lebih dari 130 juta jiwa). Selain mengatur penyesuaian Iuran, lahirnya Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 juga mengamanatkan adanya peninjauan manfaat Jaminan Kesehatan sesuai kebutuhan dasar kesehatan.

“Kemanfaatan Program JKN-KIS sudah dirasakan oleh masyarakat luas dan pastinya ada upaya perbaikan. Pemerintah hadir untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan jaminan kesehatan penduduk lewat pembiayaan PBI dan subsidi Iuran,” tutup Hernina.

sumber: jawapos.com

Selain Waspada Tersedak, Ini Bahaya Minuman Boba untuk Anak

BERITA INFO INHIL - Minuman boba semakin tren saat ini, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Namun, bolehkah minuman kekinian ini diminum oleh anak-anak yang sedang dalam tahap perkembangan?

Jika Anda belum terbiasa dengan boba tea atau bubble tea itu, teh gelembung biasanya terdiri dari satu sendok "mutiara" - gumpalan hitam yang terbuat dari akar singkong yang mengandung tepung - di bagian bawah cangkir. Teh dingin dituangkan di atasnya dan dicampur dengan hal-hal seperti buah, susu, coklat, dan perasa lainnya.

Disajikan dengan sedotan lebar sehingga Anda bisa menyedot mutiara (dan mengunyahnya) sambil minum teh. Muncul dalam banyak warna cerah dan rasa yang menyenangkan, mulai dari markisa hingga selai kacang dan memiliki banyak penggemar setia.

Dokter spesialis gizi dari RSAB Harapan Kita mengatakan bahwa minum perasa ini sebaiknya tidak diberikan ke anak-anak mengingat kandungannya yang bertentangan dengan gizi lainnya. "Anak zaman now ya, minumnya ini ya. Tidak dianjurkan sebenarnya karena si boba atau manisnya ini makin banyak kalorinya. Sebenarnya tidak dianjurkan, jadi kalau masih bisa dibujuk perlahan-lahan dihindari dikurangi kebiasaan itu sampai di stop. Kalau bisa sih pelan-pelan diajarin," tuturnya dalam Talkshow Keluarga Sehat, Radio Kesehatan, Rabu 15 Juli 2020.

Dikutip dari parents.com, minuman bubble tea mungkin mengandung kafein, karena dibuat dengan teh hitam atau hijau dan disajikan dalam porsi besar.

Satu sumber mengklaim secangkir teh gelembung 13 ons mengandung 130 miligram kafein, yang jumlahnya tidak lebih rendah dari jumlah kopi yang sama. Bubble tea juga bisa mengemas banyak gula tambahan, dan itu tidak biasa untuk ukuran terbesar dengan lebih dari 500 kalori, sekitar sepertiga dari apa yang dibutuhkan anak kecil dalam sehari.

Tetapi ada bahaya lain dari boba yakni tersedak untuk anak kecil. Institut Federal Jerman untuk Manajemen Risiko memperingatkan bahwa boba dapat disedot secara tidak sengaja terhirup ke dalam paru-paru terutama oleh anak-anak di bawah empat tahun. Mengisap boba melalui sedotan meningkatkan risiko ini karena tekanan tambahan.

sumber: tempo.co

Selasa, 14 Juli 2020

Menteri Kesehatan Terawan Ganti Istilah ODP, PDP, OTG Covid-19

BERITA INFO INHIL - Istilah orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 tidak akan dipakai lagi.

Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang ditandatangani langsung Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada 13 Juli 2020.

Penggantian istilah ODP, PDP, OTG Covid-19 tertuang pada halaman 31 di bagian defisini operasional.

"Pada bagian ini, dijelaskan definisi operasional kasus Covid-19 yaitu kasus suspek, kasus probable, kasus konfirmasi, kontak erat, pelaku perjalanan, discarded, selesai isolasi, dan kematian. Untuk kasus suspek, kasus probable, kasus konfirmasi, kontak erat, istilah yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG)," keterangan yang tertulis di halaman tersebut.

1. Kasus suspek

a. Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)* DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal **

b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.

c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

Catatan
Istilah pasien dalam pengawasan (PDP) saat ini dikenal kembali dengan istilah kasus suspek.

* ISPA yaitu demam (> 38 derajat celcius) atau riwaat demam; dan disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak napas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat

** Negara/wilayah transmisi lokal adalah negara/wilayah yang melaporkan adanya kasus konfirmasi yang sumber penularannya berasal dari wilayah yang melaporkan kasus tersebut.

Negara transmisi lokal merupakan negara yang termasuk dalam klasifikasi kasus klaster dan transmisi komunitas, dapat dilihat melalui situs

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports

Wilayah transmisi lokal di Indonesia dapat dilihat melalui situs https://infeksimerging.kemkes.go.id

sumber: liputan6

Jumat, 10 Juli 2020

Bertambah 1.611, Kasus Positif Corona di RI Per 10 Juli Jadi 72.347

BERITA INFO INHIL - Kasus positif virus Corona (COVID-19) di Indonesia bertambah 1.611 hari ini. Dengan penambahan tersebut, total kasus positif COVID-19 menjadi 72.347.

Penambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia pada Jumat (10/7/2020) bisa dilihat di situs covid19.go.id dan disampaikan langsung oleh Juru Bicara Pemerintah terkait Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto. Data ini diperbarui setiap hari dengan cut off data pukul 12.00 WIB.

Adapun jumlah angka pasien sembuh dari COVID-19 hari ini juga bertambah 878. Total pasien yang sudah dinyatakan sembuh ada 33.529. Sedangkan pasien yang meninggal bertambah 52, sehingga total menjadi 3.469.

Sebelumnya, terjadi penambahan kasus positif Corona pada Kamis (9/7) sebanyak 2.657 kasus. Total kasus per hari kemarin adalah 70.736. Sebanyak 32.651 di antaranya dinyatakan sembuh dan 3.417 meninggal dunia. (dtk)

Ketika Covid-19 Pecah Rekor Lagi dan Klaster Secapa TNI-AD Diisolasi

BERITA INFO INHIL - Kasus positif infeksi Covid-19 lagi-lagi mencetak rekor terbaru dengan penambahan 2.567 orang pada periode 8 hingga 9 Juli. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat rata-rata pertumbuhan kasus seribu orang per hari dalam dua pekan terakhir.

Dua provinsi menyumbang kasus terbanyak, yakni Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim). Untuk kali pertama dalam dua pekan terakhir, Jabar melewati Jatim yang memuncaki klasemen penyumbang kasus terbanyak dengan 962 kasus baru.

Meski demikian, Jatim masih memberikan sumbangan yang besar, yakni 517 kasus baru. ’’Pertambahan cukup tinggi di Jawa Barat. Namun, di saat yang sama juga dilaporkan 27 orang sembuh,’’ kata Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto kemarin (9/7).

Jatim, lanjut Yuri, mencatat 517 kasus baru, tapi juga dengan 263 kasus sembuh. ’’DKI Jakarta 284 orang kasus baru dengan 221 orang sembuh,’’ tambah Yuri.

Dari analisis epidemiologi, sebuah klaster penularan baru tercipta di kawasan Pusat Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI Angkatan Darat di Bandung, Jawa Barat. Klaster itu, kata Yuri, dipantau sejak 29 Juni. Sejak saat itu, klaster tersebut menyumbang lebih dari seribu kasus terkonfirmasi positif.

’’Adapun dari hasil penyelidikan epidemiologi tersebut didapatkan 1.262 kasus positif Covid-19 yang terdiri atas peserta didik dan beberapa tenaga pelatih di sana,’’ jelas Yuri.

Meski demikian, dari total jumlah tersebut, hanya 17 orang yang kini dirawat intensif di Rumah Sakit (RS) Dustira Cimahi dengan keluhan seperti demam, batuk, dan sesak napas. Sementara itu, sisanya dinyatakan dengan keluhan ringan sampai tidak ada keluhan sama sekali.

Sisa para PDP yang tanpa keluhan tersebut kini menjalani karantina ketat di wilayah kompleks pendidikan Secapa Bandung. Tidak ada yang boleh keluar atau masuk kompleks tersebut.

’’Seluruh kompleks pendidikan Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat di Bandung kita lakukan isolasi. Kita lakukan karantina dan kemudian kita larang untuk adanya pergerakan orang, baik masuk ke kompleks maupun keluar dari kompleks,’’ jelas Yuri.

Sementara itu, Pemprov Jatim mengadakan rapid test masal secara bertahap kepada lebih dari 70 ribu pegawainya. Hingga kemarin, sudah 11.500 pegawai yang menjalani tes cepat itu. Hasilnya, 511 orang dinyatakan reaktif. Mereka lalu menjalani tes lanjutan dan karantina. Sebanyak 430 pegawai kemudian dites swab. Diketahui ada 98 pegawai yang positif terinfeksi virus korona.

”Masih ada yang hasil tesnya belum keluar,” ujar Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono. Para pegawai yang hasil swab-nya negatif diminta tetap menjalani karantina. Ada yang dikarantina di kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jatim di Surabaya. Ada juga yang melakukan isolasi mandiri. ”Kami selalu pantau kondisi mereka,” ujarnya.

sumber: jawaposs.com

Rabu, 08 Juli 2020

5 Hal yang Harus Diketahui tentang Penyebaran Covid-19 Tanpa Gejala

BERITA INFO INHIL - Ada banyak kasus yang ditemukan bahwa orang terinfeksi virus Corona (Covid-19) tanpa gejala juga dapat menyebarkan virus, sehingga sangat penting bagi masyarakat luas untuk mengetahui hal-hal terkait penyebaran asimtomatik atau tanpa gejala.

Dilansir dari Science Alert, Rabu (8/7/2020), Monica Gandhi, seorang dokter dan peneliti penyakit menular di University of California menjelaskan apa yang harus diketahui tentang penyebaran tanpa gejala. Berikut lima hal yang harus diketahui tentang penyebaran Covid-19 tanpa gejala:

1. Apa yang dimaksud tanpa gejala?

Virus Covid-19 dapat menhasilkan berbagai manifestasi klinis. Beberapa orang yang terinfeksi tidak pernah mengalami gejala sama sekali dan pasien-pasien ini dianggap bukti sebagai kasus tanpa gejala.

Ketika orang terinfeksi virus Corona, dibutuhkan rata-rata lima hari hingga dua minggu untuk memunculkan gejala yang berkisar dari sangat ringan hingga sangat berbahaya. Waktu antara infeksi awal dan munculnya gejala pertama disebut fase pra-gejala.

2. Berapa banyak pasien yang tidak menunjukkan gejala?

Perkiraan proporsi kasus tanpa gejala yang sebenarnya berkisar antara 18 persen hingga lebih dari 80 persen.

Menurut Gandhi, cara paling akurat untuk menentukan tingkat kasus tanpa gejala adalah dengan melakukan pengujian, terlepas apakah orang itu memiliki gejala atau tidak dan melacak dari waktu ke waktu apakah mereka mengembangkan gejala di kemudian hari.

Kampanye pengujian massal pada Juni di San Francisco menemukan bahwa 53 persen pasien yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala ketika pertama kali diuji dan 42 persen tetap tidak menunjukkan gejala selama dua minggu ke depan.

Makalah terbaru membandingkan bukti dari 16 studi dan memperkirakan tingkat keseluruhan infeksi tanpa gejala menjadi 40-45 persen.

Meskipun ada banyak jenis penelitian dan makalah yang tidak sepenuhnya sempurna, tetapi banyak bukti mendukung tingkat kasus tanpa gejala yang sebenarnya sekitar 40 persen, ditambah beberapa fraksi tambahan pasien yang pra-gejala.

3. Bagaimana orang tanpa gejala dapat menyebarkan virus Covid-19?

Dibandingkan dengan kebanyakan infeksi virus lainnya, Covid-19 menghasilkan tingkat partikel virus yang luar biasa tinggi di saluran pernapasan atas, khususnya hidung dan mulut. Ketika partikel-partikel virus itu lepas ke lingkungan, itu disebut pelepasan virus.

Cuplikan foto dari video 3D paru-paru pasien Covid-19 di Amerika Serikat. [Youtube/Surgical Theater]
Para peneliti menemukan bahwa orang tanpa gejala melepaskan virus pada tingkat yang sangat tinggi, mirip dengan flu musiman. Tetapi orang-orang dengan flu biasanya tidak melepaskan virus sampai mereka memiliki gejala.

Lokasi pelepasan virus juga penting. Virus yang menyebabkan SARS pada 2003 tidak banyak keluar dari hidung dan mulut. Ini mereplikasi jauh di dalam paru-paru. Namun, karena Covid-19 hadir dalam jumlah tinggi di hidung dan mulut seseorang, virus jauh lebih mudah untuk "melarikan diri" ke lingkungan.

Ketika orang batuk atau berbicara, mereka menyemprotkan tetesan air liur dan lendir ke udara. Mengingat Covid-19 ada dalam jumlah tinggi di hidung dan mulut, tetesan ini kemungkinan menjelaskan bagaimana orang tanpa gejala dapat menyebarkan virus.

4. Berapa banyak penyebaran tanpa gejala yang terjadi?

Sayangnya, ahli kesehatan masyarakat tidak tahu persis berapa banyak penyebaran yang disebabkan oleh pasien tanpa gejala atau pra-gejala. Tetapi ada beberapa petunjuk yang mengatakan bahwa itu adalah pendorong utama pandemi Covid-19 ini.

Perkiraan pemodelan awal menunjukkan bahwa 80 persen infeksi dapat dikaitkan dengan penyebaran dari kasus yang tidak tercatat. Mungkin pasien yang tidak tercatat menunjukkan gejala atau hanya memiliki gejala yang sangat ringan. Para ilmuwan membuat banyak asumsi dalam model itu sehingga sulit untuk menilai keakuratan prediksi tersebut.

Sebuah penelitian yang mengamati wabah Covid-19 di Ningbo, China, menemukan bahwa orang tanpa gejala menyebarkan virus semudah orang yang memiliki gejala.

Jika setengah dari semua orang yang terinfeksi tanpa gejala pada suatu titik waktu dan orang-orang itu dapat menularkan Covid-19 semudah pasien dengan gejala, menurut Gandhi itu aman untuk mengasumsikan persentase besar penyebaran berasal dari orang tanpa gejala.

Bahkan tanpa mengetahui angka pastinya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) percaya bahwa penularan dari orang tanpa gejala adalah kontributor utama penyebaran cepat Covid-19 di seluruh dunia.

5. Apa yang bisa dilakukan untuk membatasi penyebaran tanpa gejala?

Aturan physical distancing dan lockdown memang berhasil untuk membatasi penyebaran, tetapi memiliki dampak ekonomi dan sosial yang besar. Salah satu cara terbaik untuk membatasi penyebaran adalah dengan memakai masker penutup wajah dan ada bukti untuk mendukung aturan itu.

Ilustrasi seeorang perempuan pengenakan masker kain. [Shutterstock]
Pada 3 April, CDC merekomendasikan agar semua masyarakat memakai masker penutup wajah ketika berada di luar rumah dan di sekitar orang lain. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengikutinya dan merekomendasikan penggunaan masker penutup wajah pada 5 Juni.

Pada titik ini, tidak ada yang tahu persis berapa banyak kasus Covid-19 yang berasal dari penyebaran tanpa gejala. Tetapi menurut Gandhi dan banyak peneliti penyakit menular lainnya meyakini bahwa itu memainkan peran utama dalam pandemi ini.

Mengenakan masker penutup wajah dan mempraktikkan physical distancing dapat mencegah penyebaran tanpa gejala serta membantu mengurangi bahaya dari virus Covid-19 sampai para ahli mendapatkan vaksin.

sumber: suara.comhttps://www.suara.com/tekno/2020/07/08/130000/5-hal-yang-harus-diketahui-tentang-penyebaran-covid-19-tanpa-gejala?

Selasa, 07 Juli 2020

Doni Monardo: Covid-19 Malaikat Pencabut Nyawa bagi Kelompok Rentan

BERITA INFO INHIL - Jakarta Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyebut virus corona seperti malaikat pencabut nyawa bagi masyarakat yang termasuk dalam kelompok rentan berusia lanjut. Terlebih, mereka yang mempunyai penyakit penyerta atau komorbid.

"Covid-19 ini adalah malaikat pencabut nyawa, bagi mereka yang rentan dari segi usia dan memiliki komorbiditas," ujar Doni dikutip dari siaran persnya, Selasa (7/7/2020).

Menurut dia, angka kematian kematian tertinggi pasien Covid-19 terjadi pada masyarakat berusia lanjut dan yang menderita hipertensi, diabetes, jantung, kanker, ginjal dan beberapa penyakit bawaan lainnya.

Untuk itu, Doni menekankan pentingnya seluruh masyarakat menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penularan virus corona.

"95 persen mereka yang wafat ini memiliki penyakit penyerta," ucap dia.

Selain itu, Doni juga menyoroti penerapan protokol kesehatan yang bekum dilakukan maksimal oleh masyarakat. Terutama, menjaga jarak atau physical distancing di tempat kerumunan. Dia menilai kampanye untuk protokol kesehatan harus sering dilakukan.

"Jaga jarak mudah diucapkan, tetapi sangat sulit dilaksanakan," kata Doni.

Angka Kematian Mencapai 5 Persen
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo saat masuk ke kawasan Agrowisata Taman Suruh, Desa Taman Suruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (26/6/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebut angka kematian pasien positif virus corona di Indonesia mencapai 5 persen. Angka tingkat kematian ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia.

"Kalau kita bandingkan dengan angka kematian secara global, angka kematian dari kasus coronavirus yang positif secara global, memang angka kita masih berada di atas rata-rata global. Kita berada di sekitar 5 persen sementara global berada di angka 4,47 (persen)," jelas Yurianto dalam video conference, Senin 6 Juli 2020.

Dia mengatakan pasien yang meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona bertambah 70 orang hingga Senin, pukul 12.00 WIB. Sehingga, total pasien yang meninggal terkait virus corona sebanyak 3.241 orang.

sumber: liputan6

Kementan: Jika Gagal Obati Corona, Anggap Minyak Kayu Putih

BERITA INFO INHIL - Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan masyarakat bisa menganggap membeli produk-produk berbasis kayu putih (eucalyptus) yang dikembangkan Kementan di tengah pandemi virus corona Covid-19, sama seperti sedang membeli produk minyak kayu putih pada umumnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry mengatakan apabila tak berkhasiat untuk menangkal Covid-19, khasiat yang ditawarkan produk eucalyptus Kementan sama dengan produk minyak kayu putih.

Khasiat tersebut diantaranya untuk gangguan saluran pernafasan karena punya kemampuan sebagai pelega saluran pernafasan, pengencer dahak, pereda nyeri, pencegah mual, anti inflamasi dan efek menenangkan.


"Kalau pun tidak punya khasiat untuk membunuh virus corona (SARS-CoV-2), anggap saja ini kita menggunakan minyak kayu putih," ujar Fadjry saat konferensi virtual, Senin (6/7).

Di sisi lain, Fadjry menjelaskan banyaknya publikasi serta fakta empiris terkait minyak eucalyptus sudah digunakan secara turun temurun sebagai pengobatan alternatif untuk flu dan gangguan pernafasan.

Hal ini membuat Balitbangtan juga ingin ikut serta dalam penemuan obat Covid-19 yang telah menjadi pandemi di seluruh dunia.

Lebih lanjut, Fadjry menyatakan tidak ada klaim anti virus Covid-19 di berbagai produk eucalyptus, termasuk kalung anti virus, roll on, hingga inhaler.

Fadjry mengatakan uji klinis membutuhkan waktu yang cukup lama. Sementara saat ini, Fadjry mengatakan pihaknya baru menguji eucalyptus selama 2 hingga 3 bulan.

"Kenapa uji klinis, harus waktu lama, kami yang baru menguji 2-3 bulan ini tidak mungkin. Uji klinis setidaknya butuh 1,5 tahun," tutur Fadjry.

Fadjry mengatakan seluruh produk eucalyptus yang dibuat oleh Kementan berstatus sebagai jamu, bukan sebagai anti virus Covid-19 di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Mayoritas beberapa produk berbasis minyak eucalyptus yang masuk tanaman atsiri tersebut diakui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada kategori jamu dan belum sampai produk fitofarmaka.

Perlu dilakukan upaya riset dan inovasi untuk mendapatkan produk Obat Hebal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. Fitomarfaka adalah obat dari bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik.

Saat ini pengembangan penelitian prototipe produk berbasis eucalyptus terus berjalan. Izin edar produk ini dilakukan pada kategori jamu agar dapat diproduksi massal dan masyarakat mudah mendapatkannya.

Fadjry mengatakan inhaler dan roll on akan siap digunakan pada akhir Juli, sedangkan kalung pada Agustus.

"Untuk inhaler dan roll on, produk akan siap akhir bulan Juli, sementara kalung pada bulan Agustus," tutur Fadjry.

Fadjry menjelaskan produk telah diuji coba kepada 16 pasien positif Covid-19. Namun, Kementan hanya mencatat testimoni, bukan tidak melakukan pengujian terhadap kondisi kesehatan.

Respons positif yang didapatkan di antaranya pengguna merasakan khasiat yang dapat melegakan saluran pernapasan, merasa lebih segar dan merasakan ketenangan.

Manfaat umum yang dirasakan pengguna dapat meringankan gejala seperti sesak napas dan hidung tersumbat, mencegah infeksi dan menjaga kesehatan.

Pengguna merasa produk tersebut dapat mencegah infeksi, menjaga kesehatan meningkatkan sugesti dan kepercayaan diri untuk sembuh. Khasiat spesifik setelah menggunakan produk diantaranya melegakan pernapasan, menghilangkan pusing, mual dan nyeri lainnya, perasaan lebih nyaman dan tenang.

Kalung Kayu Putih
Kementan baru saja meluncurkan produk kalung berbasis kayu putih merupakan produk aksesori aroma terapi. Produk di desain serupa seperti name tag yang dikenakan sebagai kalung sehingga mudah dibawa ke mana saja tanpa khawatir tertinggal atau tercecer.

Produk kalung aromaterapi Balitbangtan diformulasikan berbasis minyak Eucalyptus sp. dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori.

Dengan teknologi nano, ukuran partikel bahan aktif menjadi sangat kecil dan luas permukaannya menjadi sangat besar. Dengan demikian, luas bidang kontaknya menjadi sangat besar dan dapat menekan penggunaan bahan aktif.

Produk ini mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release) sehingga berfungsi sebagai aroma terapi selama jangka waktu tertentu. (cnn)
© Copyright 2019 Infoinhil.com | All Right Reserved